Jaga Pulau Penyangga, Walikota Tanam Mangrove di Belakangpadang

Walikota Batam, Muhammad Rudi berpartisipasi dalam penanaman mangrove di Pulau Belakangpadang, Sabtu (20/7). Penanaman pohon bakau kali ini diselenggarakan dalam rangkaian Bulan Bakti Karantina dan Mutu Hasil Perikanan 2019 di Kota Batam.

Media Center Batam – Walikota Batam, Muhammad Rudi berpartisipasi dalam penanaman mangrove di Pulau Belakangpadang, Sabtu (20/7). Penanaman pohon bakau kali ini diselenggarakan dalam rangkaian Bulan Bakti Karantina dan Mutu Hasil Perikanan 2019 di Kota Batam.

Rudi mengatakan penanaman mangrove ini manfaatnya banyak sekali. Tak hanya untuk mencegah erosi pantai tapi juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya perikanan hingga pengembangan pariwisata berbasis alam.

“Hari ini menanam mangrove, Bapak Ibu pikir hanya untuk tahan erosi. Padahal ada potensi lain di situ. Di Johor mangrove tak sekedar jadi penahan erosi tapi jadi lokasi ternak. Ada lokan, kijing, siput, ketam. Di Johor itu dijaga, dipelihara. Orang datang ambil sendiri, masak di sana. Jadi wisata. Tadi kami lihat bakau di sini masih ada. Kenapa potensi ini tak digunakan sebaik-baiknya,” papar Rudi.

Ia menjelaskan Batam sejak awal memang dirancang untuk menjadi kota industri. Karena itu sebagian besar daratan terutama di pulau utama sudah habis untuk pengembangan investasi. Setelah daratan habis, mulai merambah ke kawasan pesisir.

“Daratnya dihabiskan. Darat selesai menjamur ke pesisir. Hari ini di Pulau Batam sudah hampir habis. Maka pulau sekitar perlu kita jaga. Salah satunya kami hadir hari ini untuk itu,” tuturnya.

Ia berharap warga bisa menjaga apa yang sudah disediakan alam. Kemudian menjaga apa yang sudah ditanam kembali oleh berbagai pihak. Serta menjaga apa yang ada di masa depan. Karena untuk menjaga ini tak boleh hanya mengandalkan pemerintah.

“Informasi dari Camat ternyata pesisirnya pun sudah dikuasai masyarakat. Yang tinggal kecil sekali, berapa persen saja. Saya perintahkan Camat, yang tinggal ini selamatkan dulu. Camat tak boleh keluarkan rekomendasi izin lagi. Izin pantai ini tak boleh sembarangan,” tegas Rudi.

Sekretaris Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Septiama mengatakan kondisi mangrove di Indonesia sudah pada tingkat yang cukup memprihatinkan. Harapannya masyarakat bisa ikut serta dalam melestarikan kawasan mangrove ini.

“Banyak biota yang tak bisa hidup kalau tak ada mangrove. Di perbatasan Indonesia Malaysia, mangrove itu betul-betul dipelihara, untuk kepiting. Dan mereka jadi sumber kepiting terbesar. Kalau mangrove sana bagus, kita tak ada, biota lari ke sana semua,” kata dia.

Kegiatan bulan bakti karantina dan mutu hasil perikanan ini diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia. Selama ini lembaga pemerintah dalam memberikan pelayanan bersifat pasif. Tapi di era 4.0 sekarang instansi pemerintah harus aktif mendekatkan pelayanan ke masyarakat. Di antaranya dilakukan melalui rangkaian kegiatan bulan bakti ini.

Ketua panitia, Anak Agung Gede Eka Susila mengatakan Batam memiliki potensi perikanan luar biasa, di antaranya di Pulau Belakangpadang.

“Karena itu kami menaruh perhatian pada pulau Belakangpadang. Kami ingin jadikan Belakangpadang pulau yang benar-benar dirindukan,” ujar Kepala Stasiun KIPM Batam ini.

Adapun tema yang diangkat yaitu bersih lautku, sehat ikanku, cantik pulauku. Kegiatan yang dilakukan antara lain donor darah, BKIPM Goes to School, penanaman mangrove, dan pembersihan pantai.

“Harapan kami Pulau Belakangpadang sebagai jendela negara mendapatkan predikat sebagai pulau terbersih di Batam atau Kepri. Ini dapat terjadi apabila mendapat dukungan dari masyarakat,” ucapnya.

Mungkin Anda juga menyukai