Opening Museum Batam Raja Ali Haji Bertepatan HJB Ke-191

Menyimpan Jejak Sejarah Batam dan Menggairahkan Pariwisata

Media Center Batam – Museum Batam Raja Ali Haji dibuka (soft opening) bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Batam (HJB) ke-191 tahun, Jumat (18/12). Soft opening itu ditandai dengan pembukaan tirai yang menutupi sketsa wajah Raja Isa bin Raja Ali atau Nong Isa, oleh Wali Kota Batam, Muhammad Rudi.

Nong Isa adalah orang yang diberi mandat oleh Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah dari Kesultanan Lingga, agar memerintah pada kawasan Nongsa dan wilayah sekitarnya pada 18 Desember 1829. Momen itu pula yang menjadi tonggak lahirnya Kota Batam dan diperingati tiap tahun hingga saat ini.

Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mengapresiasi dibukanya Museum Batam Raja Ali Haji yang berlokasi di Dataran Engku Putri, Batam Centre tersebut. Ia mengatakan, saat ini sudah ada 14 khazanah atau tempat menyimpan benda berharga berdasarkan klasifikanya, yang ditampilkan dalam museum ini.

Rudi berharap koleksi benda-benda bersejarah makin bertambah sehingga sejarah Batam dapat terdeskripsikan dengan baik di dalam Museum Batam Raja Ali Haji.

“Kita berharap, benda bersejarah peninggalan Batam yang belum ada, bisa segera masuk di museum ini,” ujar Rudi, saat memberikan sambutan di acara soft opening Museum Batam Raja Ali Haji.

Pada tahap awal ini, memang sudah ada beragam koleksi jejak sejarah Batam yang bisa dinikmati pengunjung. Namun, Rudi tak memungkiri, koleksi benda-benda bersejarah di dalamnya belum terlampau banyak.

“Kita sudah berusaha mengumpulkan dan menghubungi orang yang punya koleksi benda peninggalan sejarah di Bulang-Lintang, tapi mereka belum bersedia memberikannya,” paparnya.

Wali Kota juga berharap, kehadiran musuem juga berkontribusi positif bagi daya tarik maupun menambah destinasi pariwisata di Batam. Namun, Rudi tetap mengingatkan, selama pandemi Covid-19 ini, agar pengunjung musuem maupun masyarakat secara umum senantiasa menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

“Semua wajib memakai masker, sambil menunggu vaksin datang. Kita berharap ekonomi Batam segera bangkit kembali,” ucapnya.

Adapun, sejarah bangunan museum ini merupakan bekas gedung astaka MTQ XXV tingkat nasional, yang disumbangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri kepada Pemerintah Kota (Pemko) Batam oleh Gubenur Kepri saat itu, Muhammad Sani.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad mengatakan hadirnya Museum Batam Raja Ali Haji merupakan kado istimewa Peringatan HJB ke-191. Pemko Batam juga berkomitmen akan terus melengkapi koleksi museum tersebut.

“Kita pacu untuk mencari koleksi yang diperlukan, misalnya sejarah awal pengembangan Batam dan sebagainya,” katanya.

Amsakar juga mengungkap tentang sketsa wajah Nong Isa pada saat soft opening musuem. Dalam rangka untuk mendapatkan petunjuk wajah Nong Isa atau Raja Isa bin Raja Ali Marhum Pulau Bayan Yang Dipertuan Muda Riau V bin Daeng Kamboja bin Daeng Parani, diupayakan oleh seorang pelukis sketsa, Marani. Adapun, sketsa itu dilukis berdasarkan penggambaran dari Raja Badrillah, salah satu keturunan ke-7 dari Nong Isa.

“Itu dari mimpi dia (keturunan) yang bertemu dengan Raja Isa. Bahkan ada yang membuat gambar berkali-kali sampai melukis,” katanya.

Sketsa itu, sambung dia, dilukis berdasarkan penggambaran saat Nong Isa masih muda dan belum mendapat penabalan atau surat kuasa untuk memerintah wilayah Nongsa.

“Kita berusaha melengkapi agar ke depan khazanah semakin banyak, sehingga informasi tentang Batam dan Kepri terdokumentasi secara baik di museum ini,” terangnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, berharap kehadiran Museum Batam Raja Ali Haji bakal jadi destinasi wisata budaya di Kota Batam.

“Kami sangat berbahagia, karena bertepatan dengan HJB ke-191, Museum Batam Raja Ali Haji dibuka,” katanya.

Ardi menuturkan, Museum Raja Ali Haji sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama 475 museum lainnya di Indonesia. Isi dari museum ini, menampilkan sejarah peradaban Batam mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.

”Kita mengambarkan before dan after infrastruktur Batam, di bawahnya ada masa kota administrasi,” ucapnya.

Selain menjadi objek wisata, museum ini juga sebagai media edukasi masyarakat Batam, khususnya para pelajar untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Batam dari masa ke masa.

Selama pandemi Covid-19, sebelum memasuki museum, pengunjung dicek suhu tubuhnya dan disemprotkan hand sanitizer sebagai salah satu protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Kota Batam.

“Kondisi pandemi Covid-19, museum bakal dibuka pukul 10.00 sampai 20.00,” pungkasnya.

Peresmian museum ini juga dihadiri Ketua TP-PKK Kota Batam, Marlin Agustina Rudi. Wakil Ketua I TP-PKK Kota Batam, Erlita Sari Amsakar, Seketaris Daerah (Sekda) Kota Batam, Jefridin dan Ketua Dharma Wanita Kota Batam, Haryati Jefridin.

Mungkin Anda juga menyukai

DD