Mahasiswa NTU Belajar Bahasa Melayu di Batam

Mahasiswa NTU yang berkunjung ke Kantor Walikota Batam, Senin (1/10).

Media Center Batam – Wakil Walikota Batam, Amsakar Ahmad menyarankan mahasiswa Nanyang Technology University (NTU) Singapura untuk berkunjung ke Belakangpadang jika ingin nikmati kuliner khas.

“Kalau minuman manis di sini ada cendol. Pergi ke Belakangpadang, beli cendol,” kata Amsakar menjawab pertanyaan Zulkifli, mahasiswa NTU yang berkunjung ke Kantor Walikota Batam, Senin (1/10).

Bersama Zulkifli ada sembilan mahasiswa NTU lain yang datang ke Batam untuk pelajari budaya melayu, khususnya bahasa. Meski tak banyak kosakata yang dikuasai, para mahasiswa tetap berusaha menyampaikan pertanyaan dalam bahasa melayu.

Pertanyaan-pertanyaan lain yang disampaikan seperti makanan yang enak di Batam, oleh-oleh yang bisa dibawa pulang ke Singapura, usia Batam, dan jumlah penduduk Batam. Selain itu juga ada yang meminta rekomendasi tempat belanja dan tempat wisata.

Amsakar menjawab satu per satu pertanyaan mereka. Terkait usia Batam, ia menjelaskan sejarah ditetapkannya 18 Desember 1829 sebagai hari jadi Batam. Sedangkan jumlah penduduk Batam saat ini sekitar 1,3 juta jiwa.

Sementara makanan yang bisa dinikmati di Batam bermacam-macam. Mulai dari nasi padang sampai berbagai olahan makanan laut seperti ikan bakar, sop ikan, dan sebagainya. Buah tangan atau oleh-oleh yang direkomendasikan antara lain batik Batam, kue-kue, dan keripik.

“Untuk tempat melawat, bisa ke Pulau Abang, Pulau Rano, atau ke Rumah Potong Limas di Nongsa. Sedangkan pusat beli belah atau belanja di Batam banyak, ada Mega Mall, Nagoya Hill, BCS Mall, Kepri Mall, DC Mall,” sebut Amsakar.

Mantan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan ESDM Kota Batam ini mengatakan sejak awal tahun sudah empat momen kunjungan penting dari Singapura ke Batam. Ini menunjukkan hubungan antara keduanya baik. Dan harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Terkait bahasa melayu, menurut Amsakar, anak muda Singapura juga harus memahaminya. Karena lagu kebangsaan Singapura saja masih menggunakan bahasa melayu.

“Persaudaraan empat bangsa, Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam juga masih mengandalkan bahasa melayu untuk komunikasi. Jadi anak-anak Singapura juga harus paham bahasa melayu. Saran kami sering-seringlah datang ke Batam, bawa jumlah lebih banyak datang ke Batam sehingga lebih lancar komunikasi bahasa melayunya,” tutur dia.

Pengajar NTU, Hani menjelaskan pelajaran bahasa melayu ini adalah mata kuliah pilihan. Ada dua puluh bahasa asing yang bisa dipilih mahasiswa untuk dipelajari sebagai bahasa ketiga.

“Ini dilakukan supaya bisa bersaing di persada dunia. Kunjungan ini untuk mengajarkan mereka persamaan dan perbedaan antara bahasa melayu yang kita gunakan dengan Bahasa Indonesia,” sebutnya.

Setelah kunjungan ke Kantor Walikota Batam, rombongan langsung dibawa ke situs budaya Rumah Potong Limas yang ada di Kecamatan Nongsa. Selain itu mereka juga berkeliling Kota Batam.

Mungkin Anda juga menyukai