Meriam zaman Belanda Koleksi Terbaru Museum Batam Raja Ali Haji
Didatangkan Dari Belakang Padang, Saksi Bisu Perjuangan Melawan Penjajah
Media Center Batam – Pemerintah Kota (Pemko) Batam melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam terus melengkapi koleksi Museum Batam Raja Ali Haji. Yang terbaru berupa meriam yang didatangkan dari Kecamatan Belakang Padang.
Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Belakang Padang telah menghibahkan meriam bukti perjuangan pahlawan dahulu melawan penjajah. Meriam tersebut langsung diletakkan di tata pamer tepatnya di Khazanah Masa Belanda.
“Kita terus berupaya mengisi Museum Batam Raja Ali Haji, kita bersyukur hari ketujuh setelah diresmikan kita mendapat meriam dari Belakang Padang,” katanya, di Museum Batam Raja Ali Haji, Dataran Engku Putri, Batam Centre, Kamis (24/12).
Selain menjadi destinasi wisata budaya, Museum Batam Raja Ali sebagai tempat edukasi bagi pelajar di Kota Batam khususnya dan umumnya Kepri. Setelah diresmikan bertepatan Hari Jadi Batam (HJB) Ke-191 Tahun Jumat (18/12) kemarin, pengunjung terus berdatangan, mulai remaja, dan orang tua.
Ardi menuturkan, Museum Raja Ali Haji sudah didaftarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama 475 museum lainnya di Indonesia. Isi dari museum ini, menampilkan sejarah peradaban Batam mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.
Camat Belakang Padang, Yudi Admaji mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarah dan pahlawan. Meriam ini adalah saksi bisu perjuangan melawan penjajah.
Menurut sejarah meriam ini di bawa dari Pulau Buluh ke Belakang Padang sebagai Ibukota Kecamatan Batam pada dekade 80an pada masa Camat Mustafa Saleh dan diletakan di Kantor Camat lama. Pada tahun 1992 Kantor Camat Belakang Padang dibangun.
“Baru dan pindah ke Sekanak Raya saat kepemimpinan Camat Bapak Said Hasyim meriam ini dipindahkan ke Pulau Sekanak. Sejak itu saat itu meriam bersejarah ini kokoh mengapit tiang Bendera Merah Putih Kantor Kecamatan Belakang Padang,” katanya.
Sempena Hari jadi Batam ke 191 tepat tanggal 18 Desember 2020 Museum Batam Raja Ali Haji diresmikan. Diketahuinya museum tersebut mengambarkan sejarah perkembangan Kota Batam dari masa ke masa, pengujung akhir tahun 2020 masyarakat Belakang Padang menyerahkan meriam sebagai koleksi dari Museum Batam Raja Ali Haji.
“Ini menjadi catatan sejarah bahwa Belakang Padang mempunyai peran penting dalam sejarah pembangunan kota Batam,” katanya.
Sebelum diserahkan, Yudi mengajak masyarakat Belakang Padang mengelar doa selamat memohon kelancaran selama perjalanan menuju Museum Batam Raja Ali Haji. “Pukul 10.00 dari Pelabuhan Belakang tiba di Pelabuhan Sekupang pukul 11.00, dan langsung disambut oleh Kepala Disbudpar Kota Batam, Pak Ardiwinata, dan langsung di bawa menuju Museum Batam Raja Ali Haji, di Dataran Engku Putri,” terangnya.
Selama 40 tahun berada di Belakang Padang meriam tetap terjaga dengan baik. Adanya Museum membuatnya termotivasi mencari benda sejarah lainnya di Belakang Padang. Sehingga makin banyak masyarakat Kota Batam mengetahui tentang sejarah Belakang Padang.
“Memotivasi kami mengalih dari orang tua kami disini, seperti kantor camat pertama dulu kami akan telusuri,” ucapnya.
Perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Yudistira mengatakan meriam ini salah satu aset sejarah di Kota Batam dan Indonesia. Diletakkan di museum salah satu langkah menjaga aset tersebut.
“Musuem pusat pemajuan kebudayaan dan hadiah tersebesar Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), saya berharap mesuem mengkaji sejarah komprehensif sehingga bisa diceritakan ke anak cucu,” pintanya.