Sisi Lain Marlin Agustina Rudi, Pernah Berjuang 10 Tahun Menghidupkan Fatayat NU

Organisasi pemudi Nahdlatul Ulama (Fatayat NU) sempat mati suri di Kepri. Namun, ada sosok perempuan muda yang sudah berjuang hingga Fatayat NU bisa dikenal dan eksis hingga sekarang. Siapa dia?

Marlin Agustina Rudi

Media Center Batam

Siang itu, cuaca tak begitu terik. Matahari tak mampu menembus awan yang berarak. Sekelompok perempuan berhijab terlihat ramai menuju satu ruangan di salah satu restoran di wilayah Bengkong. Mereka mengambil posisi masing-masing di kursi yang sudah disusun berjarak di lokasi itu.

Para perempuan yang kompak dengan seragam berwarna hijau itu adalah anggota Fatayat NU. Tak hanya dari pemudi Islam NU saja, ada rombongan dari Muslimat NU dan juga para Ansor yang ikut dalam pertemuan itu.

Setelah semua siap, datang sosok wanita berjilbab putih, senada dengan baju putih bergaris hitam. Ia langsung menuju ruangan yang mulai dipenuhi tamu.

Ia itu tak lain adalah Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Batam, Marlin Agustina Rudi. Wanita yang mengayomi 50 organisasi wanita di Batam itu, bukan orang asing lagi dalam organisasi perempuan di NU. Pasalnya, ia sempat memimpin Fatayat NU, bahkan, sampai 10 tahun. Sehingga, para anggota Fatayat, Muslimat dan Ansor yang menyambut Marlin, terlihat begitu akrab.

Pertemuan yang diatur protokol kesehatan pencegahan Covid-19 itu berjalan singkat, tak lebih dari satu jam. Namun, ada kesan tersendiri bagi Marlin. Ia mengatakan, kesempatan tersebut merupakan ajang temu kangen dengan para sahabat, bunda, hingga saudara laki-laki (panggilan untuk Ansor) yang menjadi bagian dari perjalanan hidupnya dalam berorganisasi.

“Ini saya melepas rindu. Sebelumnya saya sempat memimpin Fatayat NU, 10 tahun lamanya,” ujar Marlin saat Silaturahmi dengan Fatayat, Muslimat, dan Ansor NU di Golden Prawn, Bengkong, Selasa (4/8/2020).

Marlin mengungkapkan kebanggaannya terhadap Fatayat NU saat ini yang terus eksis. Ia menceritakan, sebelum eksis seperti ini, ia bahkan berjuang menghidupkan Fatayat NU dari keadaan yang dia bilang seperti mati suri.

“Dulu, ceritanya saya diminta istri bapak Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB) untuk menghidupkan organisasi pemudi Islam ini, dan alhamdulillah bisa eksis Fatayat NU sampai sekarang,” ujarnya.

Sejak mendapat amanah itu, Marlin langsung membentuk pengurus-pengrus cabang di Batam, Karimun, Bintan, Tanjungpinang, hingga ke Lingga. Meski tak lagi memimpin organisasi ini, namun Marlin tetap berbangga dan menganggap Fatayat NU adalah keluarganya yang melatih dirinya dalam berorganisasi. Bahkan, ia ingin ada pertemuan khusus yang digelar satu kali dalam sebulan.

“Alhamdulillah, kita eksis dan dapat pengakuan dengan cara kita sendiri, seragam banyak, sekretariat ada. Saat itu Fatayat NU bangkit dari mati surinya,” ujarnya.

Ungkapan itu pun diaminkan Ketua Fatayat NU Kota Batam, Umaini Fitriana. Perempuan yang akrab disapa Fitri ini bahkan kembali mengenang memori yang tak terlupakan bersama Marlin yang dulu menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Wilayah Fatayat NU Provinsi Kepri.

“Pertemuan ini adalah titik awal pertemuan anak-anak dan orang tuanya. Selama 10 tahun, saya masih ingat betul perjuangan ini. Saat itu saya masih sebagai pengurus anak cabang Seibeduk,” ujarnya.

Bahkan, ia mengenang, di salah satu kegiatan di Botania yang mengumpulkan 700 anggota Fatayat, Fitri bertugas sebagai Master of Ceremonies (MC) atau pembawa acara. Ia mengaku, Marlin bukan orang lain dalam organisasi tersebut.

“Beliau (Marlin) adalah penggerak Fatayat NU di Batam maupun Kepri. Artinya, beliau orang yang berjasa terhadap hidupnya Fatayat hingga hari ini,” ujarnya.

Namun, karena faktor usia, Marlin memang tak bisa lagi bergabung dengan Fatayat NU. Sesuai ketentuan organisasi, usia maksimal anggota Fatayat NU adalah 45 tahun. “Lama memang kita tak bertemu. Sekarang, kita sebagai anak-anak, adik-adik beliau, tentu tidak melupakan beliau,” ujarnya.

Ia mengakui peran Marlin dalam kejayaan Fatayat NU seperti saat ini. Peran Marlin, kata dia, sangat patut dikenang agar para anggota Fatayat NU saat ini memahami siapa yang sudah berjuang dalam menghidupkan Fatayat NU di Kepri dan Batam khususnya.

“Kalau tidak ada peran beliau, sepertinya Fatayat tidak ada sampai saat ini. Saya menggarisbawahi, keberadaan beliau sangat berjasa dan berperan, beliau adalah keluarga kita,” ujar Fitri di depan para pimpinan cabang Fatayat NU se-Kota Batam. *

Mungkin Anda juga menyukai

DD