Rudi Motivasi Pengrajin Batik Batam

Pertemuan walikota Batam Muhammad Rudi dengan pengrajin batik

Media Center Batam – Walikota Batam, Muhammad Rudi memotivasi pengrajin batik untuk tingkatkan produksi. Hal ini disampaikan Rudi dalam pertemuan dengan pengrajin batik di Kantor Dekranasda Kota Batam, Jumat (9/11).

“Wisata lagi kita bangun. Kalau wisatawan datang ke sini, kesempatan Bapak Ibu untuk pasarkan produk,” ujarnya.

Pemerintah juga akan membangun pusat kuliner di dua lokasi kawasan Batam Centre. Yakni di Jalan Raja H Fisabilillah depan Edukits, dan di Simpang Frengki. Dua lokasi ini juga bisa dimanfaatkan pengrajin untuk memasarkan batik karyanya.

Ke depan juga bisa dikembangkan satu lokasi khusus batik. Mulai dari pembuatan sampai penjualan.

“Kalau di luar ada kampung batik, kita buat desa batik. Jadi khusus batik semua di situ. Saya yakin akan datang wisatawan. Tapi kita harus yakinkan orang stok kita banyak. Jangan orang datang, cuma tiga lembar ada di situ,” kata dia.

Pemerintah Kota Batam juga sedang merancang Peraturan Walikota (Perwako) tentang Batik Batam. Di antaranya mengatur tentang penggunaan batik Batam di instansi. Sehingga bisa menjadi pasar tersendiri bagi para pengrajin.

“Tapi ya dari pengrajinnya juga harus siap. Jangan kita buat aturan, tapi barangnya tidak ada,” sebutnya.

Ketau Dekranasda Batam, Marlin Agustina Rudi mengatakan sebelum ini masalah pembatik adalah penjualan. Batik Batam beberapa waktu lalu belum cukup terkenal untuk dicari konsumen.

“Tapi setelah kita promosi terus, lewat Batam Batik Fashion Week dan sebagainya, permintaan sudah banyak. Tinggal kita yang kewalahan penuhi permintaan. Maka kami minta masukan, pengarahan dari Bapak Walikota untuk para pengrajin dan desainer,” tuturnya.

Perwakilan pengrajin batik, Suratno mengatakan berkat bantuan Dekranasda di bawah pimpinan Marlin Agustina Rudi, kapasitas produksi pengrajin sudah naik sampai 300 persen. Namun diakuinya masih ada sejumlah kendala seperti bahan baku.

“Kami masih datangkan bahan baku dari Jawa. Itu bisa tiga hari, seminggu, bahkan sampai 10 hari,” tuturnya.

Pengrajin juga mengeluhkan harga bahan baku kain yang cukup mahal di Batam. Mereka menanyakan kemungkinan adanya kerjasama antar pemerintah daerah untuk pasokan bahan baku ini.

“Di sini harga beragam sekitar Rp 17.000 di Jawa Rp 4.000 per meter. Kalau kita bisa dapat Rp 4.000 juga, bisa kita jual dengan harga sama, Rp 50.000 atau kalaupun di atas itu perbedaannya tidak terlalu mencolok,” sebut pengrajin lainnya.

Menanggapi hal ini, Walikota Batam mengajak pengrajin untuk kreatif mencari sumber awal produsen bahan baku. Harga kain di Batam mahal karena sudah melewati beberapa tangan distribusi. Jika sumber awal bisa didapat, ia yakin pengrajin dapat menekan harga produknya.

 

“Barang ini pasti ada sumber pertamanya. Tugas kita cari ini. Butuh network (jaringan). Bapak ibu yang cari. Jangan ambil dari A, B, C. Tapi langsung, direct ke perusahaannya. Langsung saja, berapa pintu kita potong. Mungkin dalam perjalanan tak bisa jumlah sedikit, ini kita cari solusinya nanti,” tutur Rudi.

Ia juga menyampaikan bahwa banyak tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) yang bisa digunakan pengrajin. Baik untuk meningkatkan kapasitas produksi maupun keahlian pengrajin.

“Kalau ada bantuan, CSR bisa kita ambil, bisa kita gunakan,” sebutnya.

Mungkin Anda juga menyukai

DD