Kepri Diperkirakan Kembali Alami Inflasi di September

Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri/Wakil Ketua TPID Kepri, Gusti Raizal Eka

Media Center Batam – Provinsi Kepulauan Riau diprediksi kembali mengalami inflasi pada September 2018. Bulan sebelumnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri mencatatkan deflasi sebesar 0,53 persen (month to month/mtm).

Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kepri, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan ada beberapa potensi pendorong inflasi di Kepri bulan ini, terutama dari sektor pangan.

“Curah hujan tinggi menjelang akhir tahun. Diperkirakan dapat mempengaruhi produksi komoditas pertanian seperti bayam, kangkung, dan kacang panjang. Gelombang laut juga tinggi, mengakibatkan terbatasnya aktivitas nelayan sehingga pasokan ikan segar diperkirakan menurun,” tutur Gusti di Batam Centre, pekan lalu.

Keterbatasan pasokan daging ayam ras di Kota Batam diperkirakan akan berlanjut sehingga harga diprediksi masih tinggi. Harga beras juga berpotensi naik akibat peningkatan harga gabah di tingkat petani sebesar 3,05 persen (mtm) pada Agustus 2018. Serta potensi kenaikan harga cabai merah karena penurunan pasokan seiring berakhirnya masa panen.

“Berdasarkan pola historis inflasi komoditas juga menunjukkan tren meningkat pada September hingga akhir tahun,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri ini.

TPID memiliki beberapa rekomendasi untuk mitigasi risiko inflasi terutama menjelang akhir tahun. Di antaranya dengan mengintensifkan Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang telah disepakati serta mendorong KAD baru untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan makanan. Kemudian menjaga kelancaran arus bongkar muat dan distribusi angkutan barang komoditas pangan ke Kepri, dan mengawasi ketersediaan pasokan beras.

Pengawasan terhadap ketersediaan daging ayam ras harus diintensifkan. Juga perlu pengembangan program urban farming dengan skala yang lebih luas seperti penanaman komoditas sayuran yang menjadi penyumbang inflasi.

Serta menyelenggarakan pasar murah TPID sebagai pasar penyeimbang yang intensif dan berkesinambungan dengan menjual berbagai komoditas penyumbang inflasi. Pasar murah ini bekerjasama dengan distributor, BULOG, BUMD, kelompok tani/urban farming.

“Terakhir, perlu dibangun Pasar Induk beserta gudang yang dilengkapi dengan cold storage untuk memitigasi kelangkaan pasokan ikan segar saat musim angin utara,” sebutnya.

Mungkin Anda juga menyukai