APPTKTI Jajaki Pemenuhan Kebutuhan Caregiver dari Batam

Asosiasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Terampil Indonesia (APPTKTI) Hongkong-Makau mengunjungi Kantor Walikota Batam, Rabu (18/7). Kunjungan ini dalam rangka membahas tentang kerjasama penyaluran tenaga kerja asal Indonesia ke Hongkong.

Media Center Batam – Asosiasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Terampil Indonesia (APPTKTI) Hongkong-Makau mengunjungi Kantor Walikota Batam, Rabu (18/7). Kunjungan ini dalam rangka membahas tentang kerjasama penyaluran tenaga kerja asal Indonesia ke Hongkong.

Kepala APPTKTI, Ringo Wong mengatakan saat ini ada 160.000 pekerja migran Indonesia (PMI) di Hongkong. Mereka mendapat hak berupa libur mingguan, libur tahunan, dan hari libur publik.

“Indonesia dan China saling berhubungan, dan kami juga ingin membantu tingkatkan kerjasama ini,” ujarnya.

Direktur sekaligus Penasihat APPTKTI, Vincent Lau mengatakan selama ini pekerja asal Indonesia memiliki keunggulan dibanding bangsa Asia lain. Khususnya dalam penguasaan Bahasa Kanton yang banyak digunakan masyarakat Hongkong terutama kalangan lanjut usia.

“Orangtua di Hongkong sangat membutuhkan helper (pembantu) yang mampu berbahasa Kanton. Orang Indonesia bisa belajar dengan cepat. Kami harap pemerintah Indonesia mendukung kebutuhan kami ini,” tuturnya.

Vincent menjelaskan, Batam dipilih sebagai permulaan untuk rencana rekrutmen ini karena merupakan zona spesial di Indonesia. Bukan hanya karena posisinya yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia.

“Diperkirakan akan ada 40.000 orangtua di Hongkong dalam beberapa tahun ini. Pemerintah Hongkong berencana mensubsidi gaji helper dan caregiver (perawat) bagi para orangtua ini. Dalam waktu tiga tahun ke depan rencana ini akan diwujudkan,” sebutnya.

Ia berharap pemerintah Indonesia bisa meningkatkan mutu pekerja migrannya. Sehingga bisa memenuhi standar kebutuhan untuk ditempatkan sebagai domestic helper dan caregiver.

“Banyak negara lain selain Hongkong yang butuh perawat orang lanjut usia. Seperti Singapura, Jepang. Tapi sampai sekarang belum ada negara yang bisa memenuhi kebutuhan ini. Diharapkan Indonesia bisa meningkatkan mutu sehingga bisa penuhi standar. Soal level pendidikan tidak masalah karena nanti akan dilatih sesuai keahlian yang dibutuhkan,” kata Vincent.

Kebutuhan akan pembantu rumah tangga dan perawat lansia di Hongkong ini dibenarkan oleh Konsul Jenderal RI untuk Hongkong, Tri Tharyat. Namun ia akui saat ini cukup sulit memprediksi berapa kebutuhan domestic helper dan caregiver tersebut.

“Kami di konsulat akan terus mendorong agar pemerintah Hongkong sesegera mungkin membuka posisi caregiver. Sehingga membuka kesempatan bagi pekerja Indonesia, tak hanya domestic helper,” ungkap Tri.

Kepada Dinas Tenaga Kerja, agen penyalur tenaga kerja, dan stakeholder terkait di daeah agar menyiapkan sejak dini kemampuan tenaga kerja khususnya caregiver. Sehingga saat keran ini dibuka oleh pemerintah Hongkong, Indonesia bisa langsung mengirim ribuan orang pekerja migran secara bersamaan.

 

“Memang hingga saat ini suplai tenaga kerja diisi Indonesia dan Filipina. Tapi kita tak boleh terlena. Pemerintah Hongkong juga mendorong negara lain seperti Kamboja, Bangladesh, Nepal untuk memenuhi permintaan pasar tadi. Myanmar juga dalam proses negosiasi. Artinya ke depan persaingan akan semakin tinggi,” paparnya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan di Batam ada yang namanya Layanan Terpadu Satu Pintu Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Kantor bersama ini diisi berbagai instansi terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja, Imigrasi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), dan sebagainya.

“Terima kasih atas kunjungannya. Tapi sebagai gambaran awal kami butuh informasi tenaga kerja yang dibutuhkan seperti apa. Biar kami bisa koordinasikan dengan kawan-kawan yang ada. Saya berharap kerjasama ini bisa terwujud. Karena di Batam penganggurannya datang dari seluruh Indonesia. Kalau sudah tidak ada kerjaan di Batam, mereka mungkin ingin cari yang lain. Kalau ada tawaran dari Hongkong tentu baik. Tapi kita perlu tahu mereka butuh yang seperti apa,” kata Rudi.

Sementara itu, perwakilan BNP2TKI Haryanto juga meminta dari APPTKTI mengenai jumlah kebutuhan caregiver. Karena kebutuhan untuk penempatan ini penting sebagai data awal untuk pelatihan. “Kalau tidak ada estimasi kebutuhan, mungkin khawatir over produksi,” ucapnya.

Mungkin Anda juga menyukai