Kadisparbud Kota Pariaman kagumi pembuatan Tudung Manto

Media Center Batam- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam menerima kunjungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Pariaman, Rabu (18/11). Kunjungan tersebut disambut baik oleh Kadisbudpar Kota Batam, Ardiwinata.

Ardi mengatakan Pegawai dari Disparbud Kota Pariaman melihat pembuatan tudung manto yang dibuat oleh salah satu pegawai Disbudpar Kota Batam. Tudung manto salah satu warisan budaya tak benda dari Melayu. Kain tudung manto adalah penutup kepala khas Melayu, yang dipakai perempuan yang sudah menikah saat acara adat seperti pernikahan.

“Pegawai dari Disparbud Kota Pariaman praktek langsung cara membuat tudung manto,” katanya.

Ardi menjelaskan tudong manto berbahan sifon, memiliki panjang 100 sentimeter (cm) dan lebar 25 cm, kain ini direntangkan dalam area pembidang berbentuk segi empat. Untuk menghubungkan pembidang yang berbahan kayu dengan lembaran kain, digunakan benang sebegai perentang tepian kain, yang sebelumnya telah dilapisi kain tebal. Kain yang diregangkan tersebut dibuatkan tali air berupa garis lurus yang berguna membentuk corak. Setelah itu, barulah pekerjaan menekat atau membordir mulai dilaksanakan sesuai motif yang akan dibuat.

“Pegawai juga bertanya soal bahan, cara membuat tudong manto, dan lama pembuatannya,” ucapnya.

Ardi menyebutkan benang yang digunakan untuk tudong manto biasanya berwarna emas dan silver. Misalnya, untuk kain berwarna hitam, cocok dengan benang berwarna silver dan emas, kain biru cocok dengan benang warna silver. Tudung manto memiliki banyak corak seperti awan larat, lebah bergantung, dan tampuk manggis. Di bagian tengah tudung manto, disebut bunga tabur.

Ardi menyampaikan kini Disbudpar Kota Batam punya Bucu Budaya merupakan pojok kebudayaan Melayu dan tempat pembuatan tudong manto. Bucu budaya dihias dengan tirai berwarna kuning, merah, dan hijau. Ketiga warna tersebut warna khas Melayu yang sudah disepakati oleh Lembaga Adat Melayu. Tak hanya itu terdapat gambar cogan merupakan tombak kebesaran Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang.

“Kita membuat pojok kebudayaan sehingga makin terasa budaya Melayunya dan tamu yang datang bisa melihat dan belajar langsung membuat tudung manto,” terangnya.

Kadisparbud Kota Pariaman, Marhen mengatakan adanya bucu budaya di Disbudpar sangat menarik dan makin menonjolkan budaya Melayu. Kemudian adanya pembuatan tudung manto sangat menarik perhatian bagi tamu yang datang.

“Atraksi seperti ini (pembuatan tudung manto) bikin menarik , atraksi tidak harus atraksi tari wisatawan bisa diajak membuat tudung manto,” terangnya.

Mungkin Anda juga menyukai

DD